ANNOUNCEMENT TO ALL VISITORS THAT THIS WEBSITE IS TRANSITIONED TO
CLICK HERE-E3NCLOUD




Sistem klasifikasi biofarmasetika adalah  Suatu model eksperimental yang mengukur permeabilitas dan kelarutan suatu zat dalam kondisi tertentu. Sistem ini dibuat  untuk pemberian obat secara oral. Untuk melewati studi bioekivalen secara in vivo, suatu obat harus memenuhi persyaratan kelarutan dan permeabilitas yang tinggi
Sistem klasifikasi biofarmasetik (biopharmaceutical Classification System, BCS) mengelompokkan obat dalam kelompok yang didasarkan pada: kelarutan, permeabilitas dan kecepatan disolusi in vitro. Klasifikasi system ini dapat digunakan untuk menjustifikasi persyaratan-persyaratan penelitian in vitro (sediaan) obat yang melarut secara cepat, mengandung bahan aktif yang sangat larut dan sangat permeable.
Klasifikasi BCS antara lain :
A. Kelas I (Permeabilitas tinggi, Kelarutan tinggi)
Misalnya Metoprolol, Diltiazem, Verapamil, Propranolol. Obat kelas I menunjukkan penyerapan yang tinggi dan disolusi yang tinggi. Senyawa ini umumnya sangat baik diserap. Senyawa Kelas I diformulasikan sebagai produk dengan pelepasan segera, laju disolusi umumnya melebihi pengosongan lambung.   
B. Kelas II (Permeabilitas tinggi, Kelarutan rendah)
Misalnya Fenitoin, Danazol, Ketokonazol, asam mefenamat, Nifedipine. Obat kelas II memiliki daya serap yang tinggi tetapi laju disolusi rendah. Dalam disolusi obat secara in vivo maka tingkat penyerapan terbatas kecuali dalam jumlah  dosis yang sangat tinggi. Penyerapan obat untuk kelas II biasanya lebih lambat daripada kelas I dan terjadi selama jangka waktu yang lama. Korelasi in vitro-in vivo (IVIVC) biasanya diterima untuk obat kelas I dan kelas II.
C. Kelas III (Permeabilitas rendah, Kelarutan tinggi)
Misalnya Simetidin, Acyclovir, Neomycin B, Captopril. Permeabilitas obat berpengaruh pada tingkat penyerapan obat, namun obat ini mempunyai laju disolusi sangat cepat. Obat ini menunjukkan variasi yang tinggi dalam tingkat penyerapan obat. Karena pelarutan yang cepat, variasi ini disebabkan perubahan permeabilitas membran fisiologi dan bukan faktor bentuk sediaan tersebut. Jika formulasi tidak mengubah permeabilitas atau waktu durasi pencernaan, maka  kriteria kelas I dapat diterapkan (Reddy dkk., 2011).

D. Kelas IV (Permeabilitas rendah, Kelarutan rendah)
Misalnya taxol, hydroclorthiaziade, furosemid. Senyawa ini  memiliki bioavailabilitas yang buruk. Biasanya mereka tidak diserap dengan baik dalam mukosa usus. Senyawa ini tidak hanya sulit untuk terdisolusi tetapi sekali didisolusi, sering menunjukkan permeabilitas yang terbatas di mukosa GI. Obat ini cenderung sangat sulit untuk diformulasikan (Wagh dkk., 2010).

Kelarutan adalah kemampuan suatu obat untuk larut dalam pelarut yang sesuai.
  1. Sangat larut yaitu Sebuah zat obat dianggap sangat larut ketika kekuatan dosis tertinggi yang larut dalam <250 ml air pada rentang pH 1-7,5.
  2. Sangat dapat di serap yaitu Sebuah zat obat dianggap sangat permeabel ketika tingkat penyerapan > 90% dari dosis yang diberikan, berdasarkan pada keseimbangan massa atau yang bioekivalensi dapat dinilai berdasarkan pada uji disolusi in vitro.
  3. Kelarutan cepat : Sebuah produk obat dianggap kelarutannya cepat atau tinggi ketika larut > 85% dari jumlah pemberian bahan obat  dalam waktu 30 menit menggunakan USP peralatan I atau II dalam volume <900 ml Larutan penyangga.

Permeabilitas adalah suatu sifat atau kemampuan dari suatu membrane untuk dapat dilewati oleh suatu zat.suatu membrane dapat bersifat impermeable atau permeable terhadap suatu zat.ada juga membrane yang bersifat permeable terhadap zat tertentu,tetapi impermeable untuk zat lain.membran yang demikian disebut membrane semi permeable atau differential permeable.
koefisien partisi dan hubungannya dengan kemampuan obat melintasi membran
ž  Koefisien partisi (P) menggambarkan rasio pendistribusian obat kedalam pelarut sistem dua fase, yaitu pelarut organik dan air. Bila molekul semakin larut lemak, maka koefisien partisinya semakin besar dan difusi trans membran terjadi lebih mudah
ž  Koefisien partisi berguna dalam memperkirakandistribusiobat dalam tubuh. Obat yang bersifat hidrofobik dengan koefisien partisi tinggi akan didistribusikan ke kompartemen hidrofobik seperti lipid bilayer  pada sel, sementara obat hidrofilik dengan koefisien partisi rendah ditemukandalam kompartemen hidrofilik seperti serum darah.
STRUKTUR MEMBRAN
Membran sel (bahasa Inggris: cell membrane, plasma membrane, plasmalemma) adalah fitur universal yang dimiliki oleh semua jenis sel berupa lapisan antarmuka yang disebut membran plasma, yang memisahkan sel dengan lingkungan diluar sel (kecuali pada sel tumbuhan, bagian luarnya masih terdapat dinding sel atau cell wall). Yang fungsinya untuk melindungi inti sel dan sistem kelangsungan hidup yang bekerja di dalam sitoplasma (Wikipedia,2012:1).
KOMPONEN KIMIA MEMBRAN SEL
Berdasarkan analisis kimia, membran sel tersusun atas lipida dan
protein (lipoprotein). Lipidanya berupa fosfolipid, glikolipid dan sterol. Sterol
umumnya berupa kolesterol.
Berikut adalah penyusun membrane sel :
  1. Lipid
memiliki dua lapisan dimana satu lapisan terorientasi ke arah luar dan lapisan yang lain terorientasi ke arah sitoplasma
bersifat amfifatik. mengandung komponen ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan komponen kepala yang bersifat hidrofilik (suka air). Membran sel terdiri dari tiga kelas lipid amphipathic: fosfolipida, glikolipid, dan kolesterol.
  1. Fosfolipid.
Molekul fosfolipid terdiri dari dua bagian, yaitu kepala dan ekor. Bagian kepala memiliki muatan positif dan negatif serta bagian ekor tanpa muatan. Bagian kepala karena bermuatan bersifat hidrofilik atau larut dalam air, sedangkan bagian ekor bersifat hidrofobik atau tidak larut dalam air. Fosfolipid digolongkan sebagai lipid amfipatik.
b.      Glikolipid
Glikolipid ialah molekul molekul lipid yang mengandung karbohidrat, biasanya pula sederhana seperti galaktosa atau glukosa. Akan tetapi istilah istilah glikolipid biasanya dipakai untuk lipid yang mengandung satuan gula tetapi tidak mengandung fosfor.Glikolipid dapat diturunkan dari gliserol atau pingosine dan sering dimakan gliserida atau sebagai spingolipida
c. Kolesterol
Banyak terdapat pada membran sel hewan (sekitar 50% dari molekul lipid). Gugus hidroksil dari kolesterol yang bersifat hidrofilik menentukan orientasi molekul ini pada membran sel. Gugus hidroksil berada pada bagianpermukaan membran.Kolestrol pada membrane sel berfungsi untukmengatur fluiditas dan stabilitas mebran serta mencegah asam lemak lebih merapat dan mengkristal dengan meningkatkan suhu pretransisi.
Protein
Protein berguna terutama dalam transportasi bahan kimia dan sistem informasi di seluruh membran. Setiap membran memiliki kandungan protein yang berbeda-beda. Protein bisa dalam bentuk perifer atau integral.  Kelompok protein:
a. Protein peripheral
Dapat ditemukan baik di dalam ataupun di luar permukaan membran yang membentuk ikatan nonkovalen dengan permukaan membrane.
b. Protein integral
Dapat ditemukan di antara membran dan memiliki daerah hidrofobik yang menempel di antara membran serta daerah hidrofilik yang menonjol dari dua permukaan bilayer. berfungsi untuk memasukkan zat-zat yang ukurannya lebih besar.

c.        Protein transmembran
Protein ini terintegrasi pada lapisan lipid dan menembus 2 lapisan lipid / transmembran. Bersifat amfipatik, mempunyai sekuen helix protein, hidrofobik, menembus lapisan lipida, dan untaian asam amino hidrofilik. Banyak diantaranya merupakan glikoprotein, gugus gula pada sebelah luar sel. Di sintesis di RE, gula dimodifikasi di badan golgi.
d.       Protein yang berikatan dengan lipid
Dapat ditemukan di luar membran lipid pada ekstraseluler atau sitoplasmik.
KARBOHIDRAT

terikat pada lipid atau protein dalam bentuk glikolipid dan glikoprotein. Glikolipid merupakan kumpulan berbagai jenis unit-unit monosakarida yang berbeda seperti gula-gula sederhana D-glukosa, D- galaktosa, D-manosa, L-fruktosa, L-arabinosa, D-xylosa, dan sebagainya. 
ANNOUNCEMENT TO ALL VISITORS THAT THIS WEBSITE IS TRANSITIONED TO
CLICK HERE-E3NCLOUD

Post a Comment

 
Top