CLICK HERE-E3NCLOUD
BAB I
TINJAUAN UMUM ZAT AKTIF
DAN SEDIAAN
1. Deskripsi
umum senyawa aktif
Deksametason
merupakan salah satu obat yang memiliki onset cepat namun durasi singkat
tindakan. Deksametason juga adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas
imuno supresan dan anti inflamasi serta anti histamin (alergi).
Deksametason
berbentuk hablur atau serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau,
rasa agak putih. Praktis tidak larut dalam 42 bagian etanol 95% dan dalam
bagian kloroform P. Incomp terhadap senyawa-senyawa alkohol. Stabil diudara,
melebur pada suhu kurang lebih 250o disetai penguraian.
2. Alasan
pemilihan dan defenisi bentuk sediaan
a. Menurut
martindale:887
Deksametason merupakan zat aktif atau
obat yang tidak hanya behubungan untuk anti inflamasi tapi juga berfungsi untuk
anti histamin dan bekerja dengan cepat.
b. Menurut
ISO:482
Deksametason merupakan obat yang
menyebabkan vasokontriksi dan menghambat reaksi lambat yang diperantarai sel
mast.
c. Menurut
Andrea:84
Deksametason digunakan sebagai obat anti alergi
sangat efektif pada berbagai gejala alergi reaksi fase awal selain itu obat ini
memiliki efek sedasi yang cukup besar sehingga berguna sebagai bantuan tidur.
d. Menurut
buku saku: 50
Deksametason digunakan untuk penyakit alergi.
Selain itu, dapat dibunakan untuk penyakit kolagen mengatasi gejala inflamasi
akut dan dalam keadaan darurat dapat digunakan untuk penyakit asma. Selain itu
absorbsinya melalui saluran cerna baik.
e. Menurut
sukandar: 483
Deksametason merupakan obat yang
menimbulkan efek obat penenang yang cukup kuat berdasarkan dayanya menekan
sistem saraf pusat (SSP).
3. Dasar
pertimbangan dan landasan hukum penggolongan obat penandaan pada wadah, leaflet
dan brosur
Penggolongan
obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X /1993 yang
kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/ VI/2000
penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri dari : obat
bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan
narkotika. Obat yang dibuat termasuk dalam golongan obat keras.
Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan obat-obatan kedalam
daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang
ditetapkan sebagai berikut :
1. Semua obat yang pada bungkus luarnya
oleh si pembuat disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan denagn resep
dokter.
2. Semua obat yang dibungkus sedemikian
rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan secara parenteral.
3. Semua obat baru, terkecuali apabila
oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu
tidak membahayakan kesehatan manusia. Contoh: Andrenalinum, Antibiotika,
Antihistaminika, dan lain-lain.
Adapun
penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah “Lingkaran
bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang
menyentuh garis tepi”, seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Penandaan
Obat Keras :
4. Nomor
registrasi dan nomor Batch
a. Nomor
registrasi
No.
Registrasi: D B L 1 3
1 1 0
0 1 1
1 0 A
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Keterangan :
Kotak no 1
membedakan nama obat jadi:
D : Nama Dagang
G : Nama Generik
D : Nama Dagang
G : Nama Generik
Kotak No 2
menggolongkan golongan obat:
N : Golongan obat narkotik
P : Golongan obat Psikotropika
T : Golongan obat Bebas terbatas
B : Golongan obat bebas
K : Golongan obat keras
N : Golongan obat narkotik
P : Golongan obat Psikotropika
T : Golongan obat Bebas terbatas
B : Golongan obat bebas
K : Golongan obat keras
Kotak nomor 3
membedakan jenis produksi:
I : Obat jadi Impor
E : Obat jadi untuk keperluan ekspor
L : Obat jadi produksi dalam negeri/lokal
X : Obat jadi untuk keperluan khusus
I : Obat jadi Impor
E : Obat jadi untuk keperluan ekspor
L : Obat jadi produksi dalam negeri/lokal
X : Obat jadi untuk keperluan khusus
Kotak nomor 4 dan 5 membedakan priode pendaftaran obat jadi
13 : Obat jadi yang telah di setujui pendaftarannya pada periode 2013, dan seterusnya.
13 : Obat jadi yang telah di setujui pendaftarannya pada periode 2013, dan seterusnya.
Kotak nomor 6,7 dan 8 menujukkan nomor urut pabrik.
Kotak no 9,10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat jadi yang
disetujui untuk masing-masing pabrik.
Kotak no 12 dan 13 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi. Macam
sediaan yang ada yaitu :
12
: Tablet isap
37
: Sirup
10
: Tablet
01
: Kapsul
46
: Collyria
36
: Drops
Kotak nomor 14
menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi :
A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui
B : Menunjukkan kekuatan obat yang kedua di setujui
C : Menunjukkan kekuatan obat yang ketiga di setujui
A : Menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui
B : Menunjukkan kekuatan obat yang kedua di setujui
C : Menunjukkan kekuatan obat yang ketiga di setujui
Kotak nomor 15
menunjukkan kemasan yang berbeda untuk tiap nama, kekuatan dan bentuk sediaan
obat jadi.
“1” : Menunjukkan kemasan yang pertama
“2” : Menunjukkan beda kemasan yang pertama
“3” : Menunjukkan beda kemasan.
“1” : Menunjukkan kemasan yang pertama
“2” : Menunjukkan beda kemasan yang pertama
“3” : Menunjukkan beda kemasan.
b. Nomor
batch
No.
Batch: A 1 3
0 9 2
2
1 2 3
4 5 6 7
Keterangan:
Digit
1 : Untuk tahun pengemasan
misalnya 2013 = A
Digit 2 & 3 : Kode produk
Digit 4,5, 6 & 7 : Urutan produk
001, 002, ….. 999 dan kembali ke 001
misalnya 0922
misalnya 2013 = A
Digit 2 & 3 : Kode produk
Digit 4,5, 6 & 7 : Urutan produk
001, 002, ….. 999 dan kembali ke 001
misalnya 0922
BAB II
URAIAN DAN ANALISIS
FARMAKOLOGI
1. Nama
obat dan sinonim
Nama obat : Inirsyanamat tablet
Sinonim : Deksametason tablet
2. Bentuk
senyawa zat aktif
Bentuk
senyawa zat aktifnya (Deksametason) yaitu hablur atau serbuk hablur, putih atau
hampi putih, tidak berbau, rasa agak putih.
3. Efek
farmakologi dan mekanisme kerja dalam tubuh
Efek farmakologi
yaitu setelah pemerian oral, AH1 diabsorbsi secara baik, efeknya timbul dalam
15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1
setelah pemberian dosis kira-kira 4-6 jam.
Mekanisme
kerja dalam tubuh yaitu menstabilkan membran sel-sel mast, meghambat migrasi
eosinofil, menghambat pembebasan mediator pada antigen-anribodi, menghambat
aktivitas trombosit yang diperantarai oleh IgE (imunoglobin).
4. Nasib
obat dalam tubuh
Nasib
obat dalam tubuh dapat dilihat dari farmakologinya yaitu dapat diabsorbsi
dengan baik secara oral. Efek timbul dala 15-30 menit setelah pemberian oral
dan maksimal 1-2jam. Lama kerjanya setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6
jam.
5. Indikasi
dan kontraindikasi
Indikasi
obat yang dibuat yaitu sebagai anti inflamasi dan anti histamin. Adapun kontra
indikasinya yaitu tukak lambung, glaukoma, ostoporosis, psikosis, psikoneorosis
berat, infeksi bakteri akut, penderita TBC akut, herpes Zoster, herpes simplex,
infeksi fungsi sitemik dan sindrom cushing.
6. Dosis
dan aturan pakai
Dosis obat : 250-500 mg per tablet
Aturan pakai :
Dewasa: 2-4 kali sehari
Anak: 0,01-0,04 mg/kg BB atau 1-2
kali sehari
7. Efek
samping dan toksisitas obat
Efek
samping dan toksisitas obat ini yaitu pemakaian jangka lama pada anak tidak
dianjurkan, pengaruh pada reseptor alfa adrenergik menyebabkan pembuluh darah
mukosa terganggu, penglihatan kabur, rasa ngantuk, pusing dan sakit kepala.
8. Interaksi
obat
Interaksi obatnya yaitu:
a.
Insulin, hipoglikemik oral : menurunkan efek hipoglikemik
- Phenythoin,
phenobarbital, efedrin : meningkatkan clearance metabolik dari
deksametason; menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktifitas
fisiologis.
- Antikoagulansia
oral : meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.
- Diuretik
yang mendepresi kalium : meningkatkan resiko hipokalemia.
- Glikosida
kardiak: meningkatkan reesiko aritmia atau toksisitas digitalis sekunder
terhadap hipokalemia.
- Antigen
untuk tes kulit : menurunkan reaksivitas.
- Imunisasi : menurunkan respon
antibodi.
9. Penggunaan
pada kondisi khusus, peringatan dan perhatian
Perhatian
dan peringatan ketika megkomsumsi obat ini yaitu hati-hati pada pemakaian
jangka panjang pada pasien gagal jantung dan hipertensi.
10. Cara
penyimpanan dan contoh sediaan yang beredar dipasaran
Penyimpanan
Obat secara Umum adalah :
a. Ikuti
petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
b. Simpan
obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
c. Simpan
obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
d. Jangan
menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
e. Jangan
menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika
tertulis pada etiket obat.
f. Jangan
menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
g. Jangan
meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
h. Jauhkan
obat dari jangkauan anak-anak.
Beberapa
sistem yang umum dalam pengaturan obat :
a. Alfabetis
berdasarkan nama generik
Obat disimpan berdasarkan urutan alfabet
nama generiknya. Saat menggunakan sistem ini, pelabelan harus diubah ketika
daftar obat esensial direvisi atau diperbaharui.
b. Kategori
terapetik atau farmakologi
Obat disimpan berdasarkan indikasi
terapetik dan kelas farmakologinya.
c. Bentuk
sediaan
Obat mempunyai bentuk sediaan yang
berbeda-beda, seperti sirup, tablet, injeksi, salep atau krim. Dalam sistem
ini, obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya. Selanjutnya metode-metode
pengelompokan lain dapat digunakan untuk mengatur obat secara rinci.
d. Frekuensi
penggunaan
Untuk obat yang sering digunakan (fast
moving) seharusnya disimpan pada ruangan yang dekat dengan tempat penyiapan
obat. Kondisi Penyimpanan Khusus Beberapa obat perlu disimpan pada tempat
khusus untuk memudahkan pengawasan, yaitu:
·
Obat golongan narkotika
dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari khusus dan terkunci.
·
Obat-obat seperti
vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk menjamin
stabilitas sediaan.
·
Beberapa cairan mudah
terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam lemari yang
berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan
elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.
BAB III
ANALISIS PREFORULASI,
FORMULASI DAN USULAN FORMULA
1.
Pendekatan formulasi
Deksametason
merupakan salah satu obat yang memiliki onset cepat namun durasi singkat
tindakan. Deksametason juga adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas
imuno supresan dan anti inflamasi serta anti histamin (alergi).
Deksametason
dibuat dalam bentuk tablet supaya lebih mudah dibawa kemana-mana karena
merupakan sediaan oral yang lebih ringan dan harganya ekonomis. Selain itu Deksametason
memberikan efek secara cepat dan tidak menimbulkan iritasi lambung ketika
penyerapannya.
2.
Formula asli
R/ Tablet Anti histamin
(Inisyanamat® tablet)
3.
Pengembangan formula
I.
Rancangan formula
Nama
produk
: INIRSYANAMAT ®TABLET
Jumlah
produk : 100 tablet @600
mg
Tanggl
formulasi : 27 November
2013
Taggal
produksi : 03 Januari 2013
No.Registrasi :
DBL 13110011010 A1
No.Batch : A 130922
Komposisi : Tiap 600 mg mengandung:
Dexamethason 500 mg
Amilum 5 %
Talk 2
%
Magnesium stearat 3 %
Povidon 1 %
Laktosa ad 600 mg
II.
Master formula:
Nama Pabrik
|
Tgl Formulasi
|
Tgl Produksi
|
Dibuat Oleh
|
Disetujui
Oleh
|
Kode
Produksi
|
Nama bahan
|
Kegunaan
|
Perdosis
|
Perbatch
|
DX-01
AM-01
TK-03
MS-04
PV-05
LK-06
|
Dexamethason
Amilum
Talk
Magnesium stearat
Povidon
Laktosa
|
Zat aktif
Penghancur
Pelicin
Pelincir
Pengikat
Pengisi
|
500mg
30 mg
12 mg
18 mg
6 mg
61 mg
|
50 g
3 g
1,2 g
1,8 g
0,6 g
6,1
g
|
III. Alasan penambahan bahan:
a. Amilum
Ø Menurut
Excipient: 523
Amilum
merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan sebagai pemecah. Tablet
pada konsentrasi 3-15 % b/b, bagaimanapun dapat di kompres dengan baik dan
cenderung untuk meningkatkan capping.
Ø Menurut
pengantar bentuk sediaan farmasi: 263
Mekanisme
amilum sebagai bahan penghancur tablet telah diamati bahwa pecah-pecahnya
permukaan tablet terjadi dimana kelompok-kelompok butir-butir amilum terdapat
maka tablet pecah mungkin hasil dari hidrasi kelompok hidroksi molekul amilum,
menyebabkan terpisahnya keluar. Jika amilum digunakan 5% umumnya cocok untuk
membantu penghancuran, tetapi sampai kira-kira 15 % dapat dipakai untuk
memperoleh daya hancur yang lebih cepat.
Ø Menurut
martindale: 1275
Amilum
juga dimaksukkan dalam banyak tablet sebagai agen penghancur.
b. Povidon
Ø Menurut
Excipient: 611
Meskipun
povidon digunakan dalam berbagai sediaan farmasi, povidon utamanya digunakan
dalam bentuk sediaan padat, pada
permukaan tablet, larutan povidon digunakan sebagai pengikat pada proses
granulasi basah.
Ø Menurut
Lachman: 778
Penggunaan
povidon dalam farmasi (biasanya K-30) adalah sebagai bahan pengikat atau
penyalut tablet.
Ø Menurut
Library@UNAIR
Untuk
memperbaiki kompersibilitas dexamethason digunakan bahan pengikat PVP K-30
(povidon) yang mempunyai kemampuan yang besar dalam mengikat serbuk deksametason,
yang tidak kohesif dalam metode
digunakan adalah granulasi basah yang akan meningkatkan bobot jenis secara
keseluruhan sehingga menghasilkan campuran dengan sifat alir yang baik dan homogen.
c. Talk
Ø Menurut
Excipient: 551
Talk
secara umum digunakan pada sediaan padat oral sebagai pelicin, pelincir dan
pengisi.
Ø Menurut
R.voight: 205
Talk
mempunyai tiga keunggulan antara lain dapat berfungsi sebagai bahan pengatur
aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah hasil cetakan. Talk terdiri dari
kristal berbentuk papan datar, yang sangat mudah meluncur pada saat terjadinya
gesekan, dimana masih terjadi lagi distribusi berbentuk datar lainnya.
Ø Menurut
Lachman: 703
Sebagian
besar bahan-bahan sebagai bahan pelincir juga berfungsi anti lekat, kecuali
bahan pelincir yang larut dalam air. Talk, magnesium stearat dan kanji beserta derivat.
Derivat kanji mempunyai sifat-sifat anti lengket.
d. Laktosa
Ø Menurut
Excipient: 387
Laktosa
secara umum digunakan dalam sediaan farmasi sebagai sebuah pengisi kapsul oral
dan sediaan tablet.
Ø Menurut
R.Voight: 202
Bahan
pengisi pada tablet yang umum digunakan adalah jenis amilum dan laktosa.
Ø Menurut
Lachman: 690
Laktosa
juga merupakan bahan pengsisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi
dengan hampir semua bahan obat, baik digunakan dalam bentuk hidrat atau
anhidrat.
e. Magnesium
stearat
Ø Menurut
Rowe,dkk: 404
Magnesium
stearat dapat digunakan sebagai pelincir tablet dengan karakteristik sangat
halus, berwarna putih cerah, butir-butir kasar serbuk tidak tidak.
Ø Menurut
Agoes: 209
Magnesium
stearat merupakan lubrikan yang paling efektif dan digunakan secara luas.
Ø Menurut
Swarbich: 3655
Magnesium
stearat memperpanjang penghancuran dan waktu disolusi.
f. Deksametason
Ø Menurut
martindale:887
Deksametason
merupakan zat aktif atau obat yang tidak hanya behubungan untuk anti inflamasi
tapi juga berfungsi untuk anti histamin dan bekerja dengan cepat.
Ø Menurut
ISO:482
Deksametason
merupakan obat yang menyebabkan vasokontriksi dan menghambat reaksi lambat yang
diperantarai sel mast.
Ø Menurut
Andrea:84
Deksametason
digunakan sebagai obat anti alergi sangat efektif pada berbagai gejala alergi
reaksi fase awal selain itu obat ini memiliki efek sedasi yang cukup besar
sehingga berguna sebagai bantuan tidur.
Ø Menurut
buku saku: 50
Deksametason
digunakan untuk penyakit alergi. Selain itu, dapat dibunakan untuk penyakit
kolagen mengatasi gejala inflamasi akut dan dalam keadaan darurat dapat digunakan
untuk penyakit asma. Selain itu absorbsinya melalui saluran cerna baik.
Ø Menurut
sukandar: 483
Deksametason
merupakan obat yang menimbulkan efek obat penenang yang cukup kuat berdasarkan
dayanya menekan sistem saraf pusat
(SSP).
IV. Uraian
Bahan
1).
Dexamethason (Dirjen POM, 1995:286-287)
Nama Resmi : DEXAMETHASONUM
Nama lain : Deksametason
Rumus Molekul : C22H29FO5
Rumus bangun :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih atau hampir putih,
tidak berba, rasa agak pahit
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, tidak larut
dalam 42 bagian etanol (95%) P dan dalam 165 bagian kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya
Kegunaan :
Sebagai obat adrenoglukokotikoidum,
antihistamin
Dosis : 250-500
mg per tablet
Indikasi : Anti histamin, anti inflamasi
Incomp : Inkompabilitas terhadap senyawa-senyawa
alkohol
Farmakokinetik : Dapat diabsorbsi dengan baik secara oral.
Efek timbul dalam 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal 1-2 jam. Lama
kerjanya setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam
Farmakodinamik : Menstabilkan membran sel mast,
penghambat migrasi meosinofil, menghambat pembebasan mediator pada
antigen-antibodi, menghambat aktivitas trombosit yang diperantarai oleh IgE
(Imunoglobin)
Farmakologi :
Setelah pemberian oral, AH1 diabsorbsi secara baik, efeknya timbul dalam 15-30
menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1
setelah pemberian dosis tunggal kira-kira 4-6 jam
Kontra indikasi :
Tukak lambung, glaukoma, ostoporosis, psikosis, psikoneorosis berat, infeksi
bakteri akut, penderita TBC akut, herpes zozter, herpes simplex, infeksi fungsi
sitemik dan sindrom cushing
Stabilitas : Stabil diudara, melebur
pada suhu lebih kurang 250o disertai penguraian
Efek samping :
Pemakaian jangka lama pada anak tidak dianjurkan, pengaruh pada reseptor
alfa adrenergik menyebabkan pembuluh darah mukosa, kulit dan ginjal,
penglihatan kabur, rasa ngantuk, pusing dan sakit kepala.
2). Amilum (Excipient, 2009: 523)
Nama Resmi : AMYLUM MAYDIS
Nama lain : Pati jagung
Rumus molekul : (C6H10O5)n
Pemerian : Serbuk
sangat halus, putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
dingin dan dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
Range : 5-5%
Kegunaan : Sebagai
bahan penghancur
Kestabilan : Kering, amilum yang tidak
dipanaskan stabil bila terlindung dari kelembaban yang tinggi
3). Povidon (Excipient, 2009: 611)
Nama resmi :
POVIDONUM
Nama lain :
Povidon, Polivinil, Povolidin
Pemerian : Serbuk putih, atau putih kekuningan berbau
lemak atau tidak berbau, higroskopis
Kelarutan : Mudah larut dalam air,
dalam etanol 95% dan dalam kloroform. Kelarutan tergantung dari bobot molekul
rata-rata. Praktis tidak larut dalam eter
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Range :
0,5-5%
Kegunaan : Sebagai bahan pengikat
Kestabilan : Stabil pada siklus pendek dari pemanasan
terbuka sekitar 110-130oC
Incomp : Povidon bercampur
dengan larutan dalam range yang lebar dari garam-garam yang organik, resin
alami sintetik dan zat kimia lainnya.
4). Talk (Excipient, 2009: 728)
Nama Resmi : TALCUM
Nama lain : Talk
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran putih atau putih kelabu
Kelarutan : Tidak
larut dalam hampir semua pelarut
Kestabilan : Talk adalah material yang stabil dan bisa
disterilkan dengan peanasan pada 160o dan tidak lebih dari 1 jam.
Bisa juga disterilkan secara sempurna dengan etilen oksida atau radiasi sinar
gamma
Incomp : Incomp terhadap
komposisi yang mengandung amoniak
Range : 1-10%
Kegunaan : Sebagai
bahan pelicin, dan anti lengket
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
5). Laktosa (Excipient, 2009: 136)
Nama Resmi :
LACTOSUM
Nama lain :
Laktosa, Sacharum lactis
Rumus molekul :
C12H12O11.H2O
Rumus bangun :
Pemerian : Serbuk hablur, putih,
tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air,
sukar larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) ,
praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pengisi
Kestabilan : Laktosa bisa menhasilkan
warna cokelat pada penyimpanan, reaksinya akan lebih cepat pada pemanasan
Incomp : Laktosa tidak incomp dengan zat pengoksida
yang kuat
6). Magnesium Stearat (Excipient,
2009: 404-405)
Nama Resmi : MAGNESII STEARAS
Nama lain : Magnesium stearat, Magnesium salt
Rumus molekul : C36H70MgO4
Berat molekul : 591,24
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih cerah, megendap,
jika disentuh terasa halus, ada butiran kasar, bau hampir mirip dengan asam
stearat, dan rasa khas. Serbuk berminyak saat disentuh, melekat pada kulit
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol 95%, eter dan
air sedikit larut paa benzen panas
Range : 0,25-5%
Stabilitas : Magnesium
stearat stabil jika penyimpanan benar
Incomp : Inkompatibel dengan asam kuat, basa dan garam
besi. Hindari pencampuran material pengoksida, hidroksida, dan karbonat dengan
asam stearat pada peningkatan temperatur
Kegunaan : Zat pelincir
4.
Perhitungan dan
penimbangan
a. Perdosis
untuk 600 mg:
Dexamethason
= 500 mg
Amilum
5 % =
x
600 mg = 30 mg
PVP
1 % =
x
600 mg = 6 mg
Talk
2 % =
x
600 mg = 12 mg
Magnesium
stearat 3% =
x
600 mg = 18 mg
Lakota
=
600mg - (500+3+6+12+18) mg
=
600 mg - 539 mg
=
61 mg
b. Perbatch
untuk 100 tablet:
Dexamethason =
500 mg x 100 = 50000 mg = 50g
Amilum = 30 mg x 100= 3000 mg =
3 g
Talk = 12 mg x 100 = 1200 mg = 1,2 g
Povidon
= 6 mg x 100 = 600
mg = 0,6 g
Magnesium
stearat = 18 mg x 100 = 1800 mg = 1,8
g
Laktosa
= 61 mg x 100 = 6100
mg= 6,1 g
5.
Prosedur pembuatan
sediaan
Metode
granulasi basah:
a. Disediakan
alat dan bahan
b. Ditimbang
dan dicampur dexamethason 500 mg, amilum 20 mg, dan laktosa 61 mg
c. Ditambahkan
cairan pengikat povidon sebanyak 6 mg yang dilarutkan dalam etanol
d. Diayak
campuran yang lembab dengan ayakan 6-12
e. Dikeringkan
granul pada suhu 40o-60o
f. Ditambahkan
talk 12 mg, amilum 10 mg, dan magnesium stearat 18 mg
g. Dikempa
granul menjadi tablet
h. Dimasukkan
tablet kedalam wadah dan diberi etiket obat
i.
Dimasukkan brosur dan
etiket kedalam wadah
6.
Daftar pustaka
Ansel,
C Howard. Pengantar Bentuk Sediaan
farmasi. UI press: Jakarta. 1989
Agoes,
Goeswin. Pengembangan Sediaan Farmasi.
Penerbit ITB: Bandung. 2008
Andra.
Optimalisasi Terapi Antihistamin dalam Majalah
Farmasi Vol.6: Jakarta. 2010
Dirjen
POM. Farmakope Indonesia Edisi III.
Depkes RI: Jakarta. 1979
Dirjen
POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI: Jakarta. 1995
Gan
Sulistia, dkk. Farmakologi dan Terapi
edisi IV. UNHAS: Makassar. 1987
Kibbe,
Arthur H.Ph.D. Pharmaceutical Excipient.
PHP: London: 2009
Lachman,
dkk. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi III Jilid 2. UI Press: Jakarta. 2008
Martindale.
The Complete Drug Reference Thirty-Sixth
Edition. Pharmaceutical press: London. 2009
Parrot,
L. Pharmaceutical Technology. Borgess
publiching company: London: 1970
Swarbick
James. Encyclopedia Of Pahrmaceutical
Thecnology Third Edition Vol.1. Pharmaceutech.Inc: USA
Tim
Penyusun. Buku Saku Obat Generik. UIN
Press: Makassar. 2012
Voight,
R. Buku pelajaran Teknologi Farmasi.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. 1995
CLICK HERE-E3NCLOUD
Post a Comment